Padang Ilalang Di Belakang Rumah

Kulit Depan
Gramedia Pustaka Utama, 29 Sep 2009 - 120 halaman

Zaman berubah. Belanda diusir dari Nusantara. Bangsa Jepang yang semula dianggap sebagai pemenang dan penyelamat, segera tampak kebengisannya: rakyat lapar dan telanjang. Penyakit busung lapar dan bahan karung atau tenunan jerami yang dinamakan bagor merupakan penutup tubuh yang umum di desa dan pinggiran kota.

Dalam suasana kemiskinan yang menyeluruh itu, Dini kecil tetap tumbuh, direngkuh oleh kearifan kedua orangtuanya, dipedulikan dua kakak perempuan yang bertindak sebagai pengasuhnya, dibingungkan oleh kedinamisan yang bercampur bibit-bibit keegoisan pria remaja dua kakak lelakinya, kemudian ditambah kehadiran dua adik sepupu perempuan yang untuk waktu lama akan menjadi sahabat-sahabatnya.

Persengketaan antara para pemuda yang tergabung dalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA) dengan pengajarnya, ialah militer Jepang, meletus menjadi serangan bersenjata. Kekacauan itu di kota Semarang menjadi bagian sejarah Tanah Air yang dinamakan Pertempuran Lima Hari.

Periode ini meneruskan perkembangan kepekaan Dini, baik dalam menanggapi sifat-sifat manusia di lingkungannya, maupun arahan pendidikan kemanusiaan dan kebudayaan dari orangtuanya.

Pada ilalang di belakang rumah keluarga merupakan dunia lain bagi dirinya, karena dia melintasi pagar kebun untuk memasuki bagian alam yang lebih "berbahaya". Namun dia melakukannya demi menangkap belalang untuk binatang kesayangan....

Kisah ini adalah lanjutan dari Sebuah Lorong di Kotaku, buku pertama dari buku-buku seri Cerita Kenangan yang menceritakan perjalanan hidup Nh. Dini.

Maklumat bibliografi